Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Titik Balik

0 komentar

Dalam hidup, manusia berjalan di jalan setapak yang tak pernah sama.
Dari masa ke masa  kita berubah sejalan dengan matangnya usia.
Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun,
Semua bergulir dengan perubahan-perubahan yang bahkan tak pernah berubah.
Ya, perubahan memang tak akan pernah berubah.
Dari semua yang ada, satu yang tak pernah terlupa meski terkadang nyatanya harus berubah.
……………RASA……………
Berapa banyak rasa yang kita punya?
Rasa hormat pada mereka yang tua dalam usia,
Rasa menghargai pada mereka yang sebaya dengan raga kita,
Rasa sayang pada mereka yang selalu ada untuk hidup kita,
Rasa benci,
Mungkin…
pada mereka yang sengaja atau tidak telah mengkhianati kesetiaan kita,
Juga rasa cinta…
Di tengahnya bahkan ada sebuah TITIK BALIK, saat benci dan cinta ada di antara 1 hati yang sebenarnya tak ingin membenci, namun juga tak kuasa menahan untuk tidak mencinta…
Terkadang, TITIK BALIK  juga ada saat dua manusia yang pernah bertemu tanpa kesan dan pesan,
Tanpa rasa dan asa. Mereka berpisah.
Di bangku Sekolah Menengah Pertama, aku kenal sosoknya.
Sosok ‘The Most Wanted’ yang mereka sematkan padanya.
Apa hebatnya? Hanya istimewa dalam rupa.
Tak ingin kukenal dia,
Karena yang rupawan, tertasbih sebagai jumawa.
Setahun setelah itu, aku dan dia bertemu.
Di suasana yang sungguh tak ku inginkan. Dalam sebuah tekanan.
Yang terpikir hanyalah menyelamatkan diri dari keterasingan.
Lalu di satu kesempatan, kusebutkan namaku, dia sebutkan pula namanya.
Hanya nama dan sedikit perbincangan.
Kuperhatikan saja gerak dan tingkahnya.
Dalam benakku, dia hanyalah rupawan yang dianugrahi Tuhan kecerdasan.
Ya, hari itu aku tau bahwa ia adalah sosok yang cerdas.
Tapi tetap saja, aku bukanlah mereka yang selalu tergila-gila padanya.
Bukan.
Setelah hari itu……,
KAMI BERPISAH………..
Menempuh jalan masing-masing
Melangkah di jalur yang kami tata sendiri.
Lantas aku lupa.
Hingga,
TIGA TAHUN SETELAH ITU…,
Aku kembali melihatnya.
Hanya sebentar, karena ia ingin pergi.
Ke bumi yang mereka bilang dipenuhi cita-cita yang lambat laun akan bersemi.
Baiklah, silahkan pergi. Kataku dalam hati.
Toh aku tak peduli. Karna tak ada sedikitpun namanya di dalam hati.
Dan,
ENAM TAHUN BERLALU.
BUMI ITU KACAU.
Banyak orang menyebut kekacauan itu dengan, REFORMASI…
Bersamaan dengan itu, aku mulai menata cita-cita,
Kutuliskan karya tentang cinta dan perjuangan dalam satu masa.
Aku mulai melangkah pasti. Dan dalam langkahku, tak kunyana.
Kutemukan, dia…..
Sang ‘The Most Wanted’ pujaan wanita.
Sedang apa dia disini?
Jawabannya adalah, karena sebuah reformasi.
Ya, aku dan dia. Reformasi mempertemukan kami kembali.
Dengan pasti dan anggap tiada arti, kusapa namanya. Lalu obrolan singkat terjadi di siang hari.
Hingga akhirnya, kita berpisah. LAGI.
DAN MASIH TIADA ARTI.

Kini, titik balik itu terjadi.
Kutemukan sosoknya yang tak hanya rupawan dan cerdas.
Lebih dari itu,
dia ajaib.
Ya, hanya itu.
Aku tak berani memvonis apa yang telah terjadi pada hatiku.
Perasaan ini entah ada di titik mana.
Diskusi panjang ini entah bermula dari mana.
Cerita penuh tawa ini akan sampai pada muara yang bernama apa.
Yang pasti, aku hanya ingin berkata,
bahwa aku menikmati titik ini. Titik yang entah akan memunculkan spasi kemudian koma lagi,
Atau entah akan berhenti dan menepi untuk berpisah lagi.
Titik dimana kita hanyalah kita.
Aku dan Dia.
Aku sang pemerhati,
dan Dia sang rupawan ajaib pelipur hati.
:-)

0 komentar: